Tyana’s big day
“Udah oke semua kan?”
“Iya mbak udah siap semua.”
“Oke, 15 menit lagi ya.”
Raina mejatuhkan dirinya disebelah Jeffrey. Sore ini mereka berada sebuah venue outdoor untuk mengadakan pemberkatan sekaligus resepsi pernikahan Tyana dan Ivan. Setahun yang lalu, Raina ingat menemani Tyana dan Ivan untuk survey beberapa venue pernikahan, dan tempat ini salah satunya. Raina suka dengan tempat ini, berlokasi di Bogor dengan suasana yang sangat asri dan terpaan dingin angin sore Bogor.
“Minum dulu Na..” Jeffrey memberikan sebotol air mineral kepada Raina.
“Aku nervous banget..”
“Tenang, semuakan udah di prepare dari lama. Udah mateng semua pasti, jangan nervous nanti malah jadi kikuk.” Laki-laki merangkul Raina, mengusap bahu perempuan itu berusaha menenangkan Kalana.
“Mama masih di dalem?”
“Iyaa tadi lagi shoot video buat highlight.”
“Kamu gak ikut?”
“Aku udah tadi pagi.”
“Omm.. Ntee..” kedua orang itu menoleh saat mendengar suara anak kecil.
“Halo Makailaa!” Langkah kecil itu menghampiri Raina. Gadis kecil itu menatap Raina lalu tersenyum manis. “Ih senyum-senyum, manis bangett sih Makailaa. Lesung pipi nya sama kayak Om Jeff yaa.” Raina berujar gemas sambil menyentuh lesung pipi yang berada dipipi kiri Makaila.
“Aku ada dua nih..” Jeffrey tidak mau kalah, laki-laki itu menyentuh tangan Raina meminta perempuan itu menatapnya. Setelah Raina menatapnya Jeffrey tersenyum lebar, memperlihatkan lengsung yang ia miliki. Dikedua sisi pipi nya yang cukup dalam.
Raina tertawa tapi tidak memungkiri kalau ia deg-degan juga. “Jee sumpahh yaa..” Jeffrey tidak berhenti, masih tersenyum lebar membuat Raina menepuk pipi kanan laki-laki itu pelan sambil tertawa. “Iyaa pacarku ganteng bangett!”
Giliran Jeffrey yang tertawa dengan telinga yang sudah memerah, karena sedikit malu.
“Eh iya, mama sama papa kamu dimana?”
“Masih dijalan kayaknya, ini Kaila bareng sama Kak Anna tadi.”
“Kak sorry, standby ya. Tiga menit lagi kita mulai.” Seorang staff Wedding Organizer menghampiri Raina. “Oh oke oke, saya kebelakang ya sekarang.” Staff itu mengangguk, lalu meninggalkan Raina.
“Aku kebelakang dulu ya Je, aku titip HP sama tas ku?”
“Iyaa, aku sama Kaila disini.”
Raina mengangguk, lalu sedikit sibuk merapihkan tasnya dan meletakkannya dikursi kosong sebelah Jeffrey.
“Na..” panggil Jeffrey pelan.
“This color suits you well, you look absolutely stunning today. Pacarku juga cantik banget.”
Pipi Raina memerah membuat Jeffrey tertawa pelan melihatnya. “Blush on nya nanti gak usah touch up.” Goda Jeffrey. Raina memutar bola matanya malas. “Bawel, but thank you ganteng.” Raina menyubit pelan pinggang Jeffrey, membuat laki-laki itu terkekeh pelan karena merasa geli.
Raina berjalan kearah ruangan khusus yang sudah disediakan. Perasaannya campur aduk hari ini. Senang, terharu, dan sedih. Senang karena hari ini Tyana menikah, terharu karena Tyana sudah menemukan orang yang tepat, dan sedih karena she will lost her quality time with Tyana. Her only sister.
“Selamat malam semua, saya Raina sebagai perwakilan dari keluarga mempelai wanita ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para undangan yang sudah menyempatkan diri menghadiri acara pernikahan Tyana dan Ivan.
Sebelumnya saya minta maaf kalau speech saya nantinya agak berantakan, karena Tyana baru kasih tahu tadi pagi. Jadi saya belum prepare apapun. Hehe..
First of all, I want to congratulate you both, Tyana and Kak Ivan.
Tyana, gue tahu abis ini lo bakal ledekin gue. Tapi khusus hari ini, gue mau bilang kalau gue sayang banget sama lo. A little bit cringe ya. But it’s okay, because this speech gonna be my first and last speech on my sister’s wedding. Tyana you’re my only sister, my first best friend, my forever enemy that I love the most, the only person who wants to have the same nickname as me. My transjakarta’s partner, mulai besok gue jalan sendiri Na.
Lo yang selalu berdiri paling depan kalau gue sama mami ada masalah. Lo nggak pernah ngeluh, lo selalu kasih yang terbaik untuk gue dan mami. Gue tahu lo pasti capek banget, but thank you for survive till today. Jadi adik lo selama 24 tahun ini, you taught me alot. Mungkin lo nggak sadar, tapi all of your past relationship, your happy time, your heartbroken, your hard work, and our deep talk every night before we sleep, taught me alot. Gue selalu minta sama Tuhan buat kasih lo orang yang tepat, sampai akhirnya 7 tahun lalu, lo memperkenalkan sosok Kak Ivan ke keluarga kita.
Kak Ivan, since the first time you came I knew you will make Tyana happy. Thank you because you always took care of my family, yang dua tahun terakhir ini isinya cewek semua. Thank you for being my big brother and mami’s first son. Thank you for never getting tired of Tyana, I know how hard she is sometimes.
Untuk keluarga besar Kak Ivan. Papa Adit, Mama Ida, dan semua tante-om. Terima kasih sudah sayang sama Tyana. Terima kasih juga sudah menerima dan menyambut keluarga Tyana dengan sangat hangat. Semoga setelah ini, kita bisa jadi keluarga besar sesungguhnya.
And last but not least, papi. Who used to be the one who always excited about Tyana and Kak Ivan. How he put his trust on you, Kak. Please forever be as happy as you are today, please love each other like this every single day. Gue tahu pernikahan nggak akan selalu berjalan baik, but I wish the vows you both took today lasts eternity.”
“It’s okay Kalana..”
Jeffrey menghampiri Raina yang baru saja selesai menyapaikan sepatah-dua kata untuk Tyana dan Ivan. Laki-laki itu memberikan dua helai tisu lalu merangkul perempuan itu. Mengusap bahu Raina seperti biasa, menenangkan perempuan itu.
“Sedih bangett tauu..”
Tanpa sadar Raina merajuk, memutar tubuhnya menghadap belakang merasa malu jika terlihat oleh tamu undangan sedang menangis. Kalau saja Raina tidak sedang mengenakan make up, tentu saja ia akan menutupi wajahnya di pundak Jeffrey. Sayang saja Jeffrey juga sedang mengenakan kemeja putih.
Tangan Jeffrey turun kepinggang Raina, menarik perempuan itu agar lebih dekat dengannya.
“Eh Raina sedih yaa..” Suara perempuan paruh baya menghampiri keduanya. Raina merasakan punggungnya diusap lembut.
“Malu ma lagi nangis anaknya.”
Ibu Jeffrey terkekeh pelan, “Gapapa kok nangis Rain, namanya juga kakak satu-satunya. Jeffrey juga dulu nangis pas Anna married.”
“Mana adaa.” Bantah Jeffrey tidak terima dengan perkataan mama nya.
Raina membalikkan tubuh, namun masih merasa mau karena ketahuan menangis oleh ibunya Jeffrey.
“Iyaa tante..”
“Nanti kalo Raina sendirian, Jeffrey-nya diajak main aja terus. Tante bosen kalo Jeffrey di rumah mulu.”
“Bener ya ma, Jeff nggak pulang nanti.”
“Mama suruh main ya, bukan nginep!”