something different

L. fifty

taswrites
3 min readOct 29, 2021

Setiap Hari Jumat biasanya Jeffrey dan Daffa menunggu Ijal Jumatan di Starbucks, lalu ketiganya akan pergi makan siang. Sama halnya dengan Jumat ini, Jeffrey menghisap rokoknya pelan lalu menghembuskannya.

“Kenapa ya kira-kira?” Tanya Jeffrey kepada Daffa yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Lo ada salah ngomong gak?”

“Seinget gue sih nggak yak, tiba-tiba pas di Kalyan doi minta pulang. Abis itu udah, gue chat terakhir nggak di read sampe sekarang.”

“Nanya Syanaz gak?”

“Nggak lah, si Syanaz juga lagi repot selesain kerjaan sebelum resign.”

“Ohh iya, resign ya tuh anak. Lo gak coba nanya langsung ke anaknya?”

“Tuh anaknya.” Jeffrey menyesap kopi nya lalu mengendikkan dagunya kearah pintu lobby gedung kantor Raina yang terlihat dari posisinya. Terlihat Raina baru keluar dari gedung itu dan berjalan dengan beberapa temannya yang Jeffrey tidak kenal. “Gue mau nanya, tapi takutnya dia risih.”

“Yeh nanya mah nanya aja, namanya lo berdua lagi deket. Ya wajar dong kalo mau tau alesannya. Seenggaknya garis besarnya aja deh kalo dia gak mau kasih tau detail.”

“Kamis depan dia ulang tahun.” Jeffrey memang serandom ini, suka mengganti topik pembicaraan saat tidak fokus seperti saat ini.

“Mau kasih kado?” Daffa yang sudah terbiasa dengan kebiasaan Jeffrey, hanya mengikuti arah pembicaraan yang Jeffrey buat.

“Udah gue beli bahkan.”

“Busett, beneran nih?”

“Ya beneran udah beli.”

“Bukan, beneran nih sama si Raina?”

“Ya iya? Emang kayak gak beneran?”

“Oh iya lupa, udah ada nama panggilan ya.” Daffa tertawa mengingat saat Jeffrey bercerita tentang Raina namun menyebut Raina dengan nama Kalana.

“Gimana sih rasanya PDKT gitu anjir, lo udah lama kan gak PDKT-in orang?” Daffa bertanya pada Jeffrey.

“Lumayan, tiga tahun lalu lah. Mantan terakhir gue.”

“Gila ya, kuat banget lo lama gak ada buntut. Gue ini udah mau setahun aja agak rindu belaian.”

“Anjing geli.” Jeffrey tertawa mendengar gurauan Daffa.

“Eh itu Ijal, yuk makan keburu siang.”

Ting!

Jeffrey memasuki ruangan kantornya setelah selesai makan siang dengan Daffa dan Ijal. Ruangan masih terlihat sepi siang ini, karena memang belum banyak karyawan yang work-from-office dan ada juga beberapa yang belum kembali dari makan siang.

Di meja paling ujung, sebuah kepala muncul saat mendengar suara berisik ketiga laki-laki yang baru kembali dari makan siang itu. Syanaz menatap ketiga laki-laki itu, “Diem gak!” Suara galak Syanaz sudah menjadi keseharian divisi creative. “Masih banyak aja tuh gue liat-liat.” Daffa menghampiri meja Syanaz, berdiri persis dibelakang kursi Syanaz lalu sedikit menunduk mencoba melihat layar iMac Syanaz.

“Buset, dikerjain ya lo mau resign malah ngerjain yang begini.” Perkataan Daffa menarik perhatian dua laki-laki lainnya, sehingga menciptakan barisan setengah lingkaran dibelakang kursi Syanaz. Ketiganya melihat pekerjaan Syanaz dengan seksama.

Tapi Jeffrey hanya berdiri sebentar disana, lalu memilih duduk dikursinya sendiri.

“Yaa selamat begadang aja dehh Syan, itung-itung sebagai tanda perpisahan sama Pak Rian.” Daffa menepuk pundak Syanaz, memberi semangat. Lalu laki-laki itu menyusul Jeffrey duduk dikursinya sendiri yang berada tepat disebelah Jeffrey.

“Eh Jeff!” Tiba-tiba Syanaz menjadi penasaran tentang hubungan Jeffrey dengan temannya Raina. Karena Syanaz tidak terlalu mengaharapkan Raina curhat soal Jeffrey, karena mau dipancing dengan apapun Raina tidak akan bercerita kecuali memang dirinya yang ingin bercerita.

“Lo sama temen gue jadi nih?”

“Hah?” Jeffrey melepas sebelah earphone yang terpasang ditelinganya.

“Jadi mah mau si Jeffrey, tapi lagi dicuekin sama mbak crush. Jadi gak tau deh jadi apa nggak, ya gak Jep?” Daffa yang menjawab, seolah menjadi juru bicara Jeffrey.

“Hah dicuekin? Raina nggak ada cerita apa-apa.”

“Kasian temen gue ni Syan, baru PDKT lagi sama cewek. Malah ditinggalin.” Ujar Daffa mendramatisir.

“Hah dicuekin gimana sih?”

“Terakhir pergi bareng, terus gue chat. Nggak di read sampe sekarang.”

“Hah kenapa anjir, lo ngapain emang?”

“Buset nggak ngapa-ngapain Syan. Terakhir ketemu tuh di butik kakak gue, baliknya gue ajak ke Kalyan dulu. Biasa aja pas di Kalyan, tapi gak lama minta balik. Ya udah, abis itu gak ada kabar.”

“Aneh..” Syanaz bergumam sendiri. “Nanti deh gue tanyain.”

“Nggak usah, nanti aja gue nanya langsung. Nggak enak dikira gue pake orang dalem lagi.”

Syanaz tertawa mendengarnya, “Ya tanyainn langsung makanya, kalo lo lama gue yang tanya.”

--

--

taswrites
taswrites

No responses yet